Bapak Musa Uryo, Kepala Suku Toro |
Dia adalah Musa Uryo seorang laki-laki Suku Toro-Kuri Asli, Ia menjadi Kepala Suku Toro dan puluhan tahun Ia memilih mendedikasikan dirinya kepada alam dan hutannya. Ia tinggal Bersama kedua Isterinya di sebuah dusun kecil di Kampung Undurara di Kepala Air Wonggema, Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat, Indonesia.
Rumah mereka yang sangat kecil terbuat dari bahan kayu dan tali-tali hutan, berada di tengah hutan tanpa listrik dan air bersih, keperluan air untuk konsumsi diambil langsung dari kali wonggema yang mengalir di dekat rumah mereka. Mereka membakar kayu kering dan nyala apinya digunakan sebagai penerang di malam hari untuk menerangi rumah mereka sebelum tidur dan pada saat tidur rumah mereka kembali gelap jika apinya padam.
Tungku Api Digunakan Sebagai Penerang di Malam Hari |
Bersama kedua Isterinya hanya berbekal Panah, parang, dan kapak, mereka bertahan hidup puluhan tahun dengan berburu dan bercocok tanam.
Kedua Isteri Dari Bapak Musa Uryo |
Harta yang ia miliki hanya sebuah Tifa Tua yang diperkirakan berusia diatas 50 tahun, tifa tersebut dibuat olehnya sendiri Ketika masi berusia remaja, dan juga seekor Babi Jantan yang sedang dikendang.
Sebuah Tifa Tua dan Seekor Babi |
Diusinya yang senja, Bapak Musa sudah tidak mampu berbuat banya, apalagi kondisinya dalam keadaan sakit. Kesehariannya Ia hanya tinggal di rumah, setiap urusan rumah tangga dikerjakan oleh kedua isterinya.
Disamping kesibukan kedua isterinya untuk mengurus rumah tangga mereka, kedua isterinya memiliki keahlian menjahit Noken (Tas) dan Tikar dari bahan lokal. Beberapa hasil karya anyaman mereka,
Noken Somu Besar |
Noken Somu Kecil |