Wisata Budaya Minat Khusus di Kabupaten Teluk Wondama
Foto bersama di depan Rumah adat suku torowar
Kampung Undurara di Distrik Naikere Kabupaten Teluk Wondama Papua Barat adalah salah satu kampung yang layak sebagai destinasi wisata budaya.
Saya pernah melakukan perjalanan ke kampung undurara sebagai pemandu untuk mengantar satu group wisatawan jerman ke kampung undurara suku toro pada Agustus 2022, kami berada di sana selama 4 hari 3 malam, di sana banyak hal baru yang kami jumpai. Kampung yang sangat jauh dari hiruk pikuk kota dan terisolir ini masyarakatnya sangat baik dan ramah kepada wisatawan.
Bagi mereka pertemuan itu adalah pertama kali mereka bertemu dengan orang berkulit putih (Wisatawan Jerman) dan mereka sangat senang dan berterima kasih bisa dikunjungi wisatawan.
Berikut ceritera kami saat datang dan selama di undurara.
Hari pertama kami tiba dan dejumput dengan prosesi adat penyambutan, kami melakukan pertemuan singkat dengan kepala suku dusun bersama beberapa masyarakat yang ada, kami diterima dengan baik dan oleh mereka kami dihidangi makanan lokal mereka untuk kami makan bersama.
Wisatawan Jerman sedang makan siang di rumah adat suku torowar
Hari ke 2, karna bertepatan hari minggu, sehingga kami dan wisatawan dapat beribadah bersama sama dengan masyarakat. Setelah ibadah, kami diajak makan siang bersama menu khas suku toro. Prosesi makan siang bersama dimulai dengan penjemputan, karena jarak antar tempat tinggal kami ke rumah adat sekitar 400 meter kami dijemput dengan prosesi dansa adat dan kami diantar menuju rumah adat, di situ kami makan siang bersama.
Sebelum dan sesudah makan kami dihibur dengan nyanyian tradisional suku toro, setelah itu kami membicarakan rencana kegiatan dihari berikutnya sesuai dengan maksud dan tujuan kedatangan wisatawan yang sudah saya muat dalam Itinerary. Setelah itu kami disajikan aktivitas menjahit tikar, noken dan gelang dari bahan tradisional. Kami lanjut dengan berjalan keliling kampung untuk menikmati berbagai macam burung yang berterbangan dan berbagai suara unggas yang seakan menyambut datangnya malam.
Wisatawan jerman di hutan torowar
Hari ke 3, Bersama wisatawan kami berjalan keliling kampung untuk melihat dan menikmati kicauan berbagai jenis burung yang ada, setelah itu bersama masyarakat kami melakukan aktifitas berburu, memasang ranjau (jerat) untuk menangkap binatang di hutan seperti babi, rusa, lao lao, dan juga kami berburu ulat kayu. Hasil buruan yang kami dapatkan dimasak dengan menggunakan peralatan tradisional dan dijadikan sebagai lauk untuk makan siang. Wisatawan sekaligus belajar memanah dengan peralatan panah tradisional. Setelah makan siang, kami mengantar wisatawan untuk melihat burung surga dua belas antena. setelah itu kami pergi menjumpai kepala suku toro, rumahnya tersendiri di hutan sehingga kami perlu berjalan kaki sekitar 1 jam, di sana kami bertemu dengan bapak kepala suku bersama kedua istrinya dan 1 org anak laki laki.
Wisatawan jerman bertemu kepala suku torowar
Setelah bercerita dengan bapak kepala suku, wisatawan diajak melihat kebun dan memanen hasil kebun berupa pisang, jagung, singkong, ubi dan sayuran hutan. Setelah itu kemi pamit dan kembali ke tempat tinggal kami, diantar oleh salah satu dari istri kepala suku dengan membawa hasil panen dari kebunnya kepada kami.
Malam harinya kami berkumpul bersama dengan masyarakat setempat di rumah adat mereka untuk makan bersama sekaligus saling tukar cendera mata.
Saling tukar cinderamata antara wisatawan jerman dan kepala suku dusun torowar
Keesokan harinya adalah hari terakhir kami harus tinggalkan undurara dan kembali ke kota. Paginya kami disuruh kumpul bersama dengan masyarakat setempat, kami sarapan lalu dengan prosesi adat mereka dansa dan bernyanyi sepanjang jalan untuk mengantar kami ke mobil yang kami tumpangi dan kami melakukan berjalanan ke kota, mereka pun kembali ke rumah mereka masing-masing.
Tarian Adat Suku Torowar, photo Eky sawaki
Undurara memiliki potensi budaya yang sangat unik dan masih melekat dalam kehidupan mereka menjadi perimadona tersendiri bagi wisatawan pecina budaya. Ini merupan sesuatu yang sangat berharga dan sulit mereka tinggalkan. Selain budaya, undurara juga memiliki potensi berbagai macam jenis burung dan satwa liar. Potensi ini jika dijaga dan dikelola dengan baik maka akan memberi manfaat ekonomi bagi masyarakat setempat.
Hutan suku torowar di kampung undurara
Wilayahnya kebanyakan ditutupi oleh hutan hujan tropis yang bagus, bisa jadi destinasi wisata yang sangat baik untuk melihat tumbuhan dan hewan tropis Papua yang unik. Hutan hujan tropis ini merupakan habitat alami Burung Surga Dua Belas Antena, Burung Surga Kuning Kecil, Burung Surga Raja, Toowa Cemerlang, Taun-taun, Kumkum, Raja Udang Surga Umum, Raja Udang Paruh Kuning, Kakatua Putih, kakatua merah, Nuri dan masih banyak lagi Spesies Umum dan Endemik yang belum terdeteksi satu persatu.
Gadis Jerman di hutan Torowar
Anda bisa menikmati pengamatan burung di dalam kampung maupun sepanjang jalan. Babi hutan, rusa, kus-kus, lao-lao tanah, tikus tanah, ular, soa-soa, bunglon, kura-kura dan kupu-kupu juga dapat ditemukan.
Gunung Jawasi di Hutan Torowar
Untuk sampai di Kampung Undurara bisa dijangkau dengan kendaraan 4WD dengan waktu tempuh sekitar 6 jam dari kota Wasior. Disana tidak ada kios, jika anda ingin melakukan perjalanan ke sana maka disarankan membeli keperluan logistik di wasior.
Jika anda ingin ke undurara dan membutuhkan pemandu, bisa menghubungi kami melalui email : echletusjefry@gmail.com atau WA +62 8124891154
Rute penerbangan dari Jakarta dan Denpasar ke Manokwari Lalu ke kota Wasior di Wondama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar