Translate

Selasa, 15 Oktober 2024

Gunung Wondiwoi: Cinta dan Kekaguman pada Keajaiban Alam dan Penghuninya

Wondiwoi Mountains

Pegunungan Wondiwoi, yang terletak di sudut terpencil Semenanjung Wasior, Papua Barat, bukan hanya sekadar deretan puncak yang menjulang di atas hutan lebat. Tempat ini adalah salah satu benteng terakhir keanekaragaman hayati yang belum tersentuh, rumah bagi flora dan fauna yang masih menyimpan rahasia-rahasia dari masa lalu yang jauh. Setiap sudutnya, setiap daun yang jatuh, setiap suara yang terdengar di balik pepohonan, membawa cerita tentang kehidupan yang tersembunyi dari mata manusia modern. Inilah tempat di mana cinta dan kekaguman terhadap alam benar-benar terasa mendalam.

Wondiwoi, dengan keanggunan pegunungannya yang berselimut kabut, menggugah rasa hormat bagi siapa pun yang beruntung cukup untuk melangkah di tanahnya. Keheningan hutan yang terjal dan rimbun seakan memancarkan energi abadi, tempat di mana makhluk-makhluk yang sulit ditangkap oleh pandangan manusia hidup dalam keharmonisan yang sempurna dengan lingkungannya. Rasa cinta pada pegunungan ini tumbuh bukan hanya dari keindahannya yang luar biasa, tetapi juga dari kesadaran bahwa kita hanya tamu di rumah yang mereka jaga selama ribuan tahun.

Di antara puncak-puncak dan lembah-lembah yang sulit dijangkau, kehidupan bergerak dalam siklus alami yang teratur. Salah satu makhluk yang menjadi ikon dari keajaiban alam ini adalah Kanguru Pohon Wondiwoi, hewan misterius yang telah menjadi subjek legenda dan pencarian tak henti-henti. Meski keberadaannya hampir hilang dari ingatan sains selama hampir satu abad, kehadirannya di Wondiwoi melambangkan harapan dan ketahanan alam di tengah ancaman perubahan. Kanguru pohon ini, dengan gerakan halus di antara kanopi hutan, adalah simbol betapa banyak yang masih belum kita ketahui dan betapa banyak yang perlu kita jaga.

Namun, rasa cinta terhadap Gunung Wondiwoi tidak hanya muncul dari keunikan spesies-spesies yang menghuni hutan-hutannya, tetapi juga dari kesadaran bahwa ekosistem ini adalah salah satu yang terakhir dari jenisnya di dunia. Hutan-hutan di pegunungan ini adalah rumah bagi spesies tumbuhan yang hanya bisa ditemukan di sini, jamur-jamur yang mungkin belum pernah diberi nama, serta serangga-serangga kecil yang menjalankan perannya dalam menjaga keseimbangan alam.

Setiap jejak yang tertinggal di tanah Wondiwoi mengingatkan kita akan tanggung jawab yang besar. Cinta pada gunung ini dan penghuninya adalah cinta yang tidak egois, ia datang dengan pemahaman bahwa kita harus berusaha melindungi dan melestarikannya. Kehidupan yang ada di Wondiwoi adalah bagian dari jalinan kehidupan global yang lebih besar, di mana keseimbangan setiap spesies memiliki pengaruh terhadap yang lainnya. Cinta kita pada tempat ini harus diwujudkan dalam tindakan nyata: menjaga, mempelajari, dan melindungi.

Bagi para ilmuwan, konservasionis, dan petualang, Wondiwoi adalah lebih dari sekadar tempat di peta; ia adalah benteng harapan. Setiap perjalanan ke pegunungan ini adalah bentuk kekaguman terhadap kebesaran alam dan rasa hormat terhadap kehidupan yang masih tersembunyi di dalamnya. Melangkah di tanahnya berarti melangkah ke dalam sejarah kehidupan yang lebih besar dari kita sendiri. sebuah pengingat bahwa di dunia yang semakin sempit oleh pengaruh manusia, masih ada tempat-tempat yang tetap liar dan penuh misteri.

Akhirnya, rasa cinta dan kekaguman terhadap Gunung Wondiwoi dan semua makhluk yang hidup di dalamnya bukan hanya tentang keindahan yang bisa kita lihat atau rahasia yang bisa kita ungkap. Ini adalah pernyataan kesetiaan pada planet ini, komitmen untuk menjaga keseimbangan alam yang telah bertahan selama ribuan tahun. Pegunungan ini, bersama dengan semua kehidupannya yang rapuh dan tak terungkap, adalah harta yang harus kita jaga bukan hanya untuk diri kita sendiri, tetapi untuk generasi mendatang.

Gunung Wondiwoi adalah keajaiban yang memanggil kita untuk menghargai setiap bagian kecil dari ciptaan, mengingatkan kita bahwa di balik setiap kabut yang menyelimuti puncaknya, ada kehidupan yang layak dicintai dan dilindungi.

Sabtu, 25 November 2023

Burung Endemik Pegunungan Wondiboy

Endemic birds in Wondiboy Mountains,
Eky Sawaki photo


Pegunungan Wondiboy di Papua Barat, Indonesia, merupakan rumah bagi sejumlah burung endemik yang hanya dapat ditemukan di wilayah tersebut. Berikut adalah beberapa  burung endemik Pegunungan Wondiboy yang pernah kami temukan : 

1. Western Parotia (Parotia sefilata)

Western Parotia (Parotia sefilata) in Wondiboy Mountains,
Eky Sawaki photo

Burung cendrawasih ini memiliki bulu berwarna hitam dan coklat dengan hiasan bulu yang mencolok di bagian kepala dan ekor. Burung jantan dikenal karena tarian khasnya saat berusaha menarik perhatian betina. Burung betina memiliki bulu yang lebih coklat dan tidak memiliki hiasan bulu yang mencolok.

Burung Parotia (Parotia sefilata), adalah spesies burung cendrawasih yang dapat ditemukan di Pegunungan Wondiboy, Papua Barat, Indonesia.


2. Black Sicklebill (Epimachus fastosus)

Balck Sicklebill (Epimachus fastosus) in Wondiboy Mountains,
Eky Sawaki photo

Burung ini memiliki bulu berwarna hitam dengan bulu ekor yang panjang dan melengkung seperti sabit. Mereka memiliki suara yang khas dan sering terlihat di hutan-hutan pegunungan.

Black Sicklebill (Epimachus fastosus) adalah burung yang termasuk dalam keluarga Paradisaeidae, atau burung cendrawasih. Spesies ini ditemukan di sebagian besar Papua Tengah dan wilayah Vogelkop di Papua Barat, termasuk Pegunungan Wondiboy.

Black Sicklebill memiliki ukuran yang cukup besar dengan panjang sekitar 110 cm untuk jantan dan 55 cm untuk betina. Burung jantan memiliki kepala hitam dengan kilauan biru kehijauan dan ungu, sedangkan bagian atas tubuhnya berwarna hitam beludru dengan kilauan ungu. Burung betina memiliki bulu berwarna coklat.

Habitat alami Black Sicklebill adalah hutan pegunungan pada ketinggian antara 1700 hingga 2150 meter di atas permukaan laut. Mereka biasanya ditemukan di hutan dengan vegetasi yang lebat.


3. Vogelkop Bowerbird (Amblyornis inornatus)

Vogelkop Bowerbird (Amblyornis inornatus) in WOndiboy Mountains,
Eky Sawaki photo 


Burung jantan memiliki bulu kecoklatan dengan corak yang tidak terlalu mencolok, namun memiliki perilaku yang menarik saat membangun dan mendekorasi bower mereka. Bower merupakan struktur yang dibangun oleh burung jantan sebagai tempat untuk menarik perhatian betina. Mereka menggunakan berbagai bahan seperti ranting, daun, dan benda-benda berwarna untuk menghiasi bower mereka.

Vogelkop Bowerbird nest, Eky Sawaki photo

Vogelkop Bowerbird, atau juga dikenal sebagai Amblyornis inornatus, adalah salah satu spesies burung bowerbird yang dapat ditemukan di Pegunungan Wondiboy, Papua Barat, Indonesia. Burung ini mendapatkan namanya dari wilayah geografis tempat mereka ditemukan, yaitu Vogelkop, yang merupakan bagian dari Pegunungan Wondiboy.


4. Superb Bird of Paradise (Lophorina superba)

Superb Bird of Paradise(Lophorina superba) in Wondiboy Mountains,
Eky Sawaki photo


Burung Superb Bird of Paradise, atau dalam bahasa Latin dikenal sebagai Lophorina superba, adalah spesies burung yang unik dan menarik. Burung ini terkenal karena tarian kawinnya yang sangat dramatis dan indah. Burung jantan memiliki bulu hitam mengkilap dengan dua mata besar berwarna biru terang di dadanya. Saat melakukan tarian kawin, burung jantan akan membuka bulu-bulunya seperti layar, menampilkan pola mata biru yang mencolok, sementara tubuhnya berputar dan melompat-lompat di sekitar burung betina. Burung ini biasanya ditemukan di hutan hujan pegunungan di Papua, Indonesia dan Papua Nugini. Mereka biasanya hidup sendirian dan memiliki diet yang terdiri dari buah-buahan dan serangga.

Burung Superb Bird of Paradise, atau dalam bahasa Latin dikenal sebagai Lophorina superba, memang dapat ditemukan di Pegunungan Wondiboy Papua Barat Indonesia. Mereka hidup di hutan hujan pegunungan dengan ketinggian antara 1.200 hingga 2.000 meter di atas permukaan laut.

Selain itu masi banyak jenis burung yang belum sempat saya muat dalam artikel ini.

Pegunungan Wondiboy merupakan salah satu tempat yang populer untuk melakukan pengamatan burung dan satwa liar terbaik. Ada banyak paket perjalanan yang ditawarkan untuk menikmati keindahan alam dan keanekaragaman hayati di daerah tersebut. Selama perjalananmu di Pegunungan Wondiboy, pasti akan ada kesempatan untuk melihat dan mengamati burung-burung eksotis seperti yang burung-burung endemik yang disampaikan. Anda dapat menjelajahi hutan-hutan di daerah ini dan mencari tanda-tanda keberadaan burung ini. Namun, penting untuk diingat bahwa pengamatan burung dilakukan dengan memperhatikan kelestarian alam dan menghormati habitat burung.


Sumber:

- Wondiwoi Tour

- Birding and Wildlife Watching: Paradise Birds that You Can Watch in Papua

- The Ballerina Bird - Western Parotia

- CAGAR ALAM PEGUNUNGAN WONDIBOY - Blogger

- Cagar Alam Pegunungan Wondiboy - Wikipedia bahasa Indonesia

- Indonesia Punya Burung Endemik yang Bisa Menari Seperti Balerina

- Black Sicklebill - Wikipedia

- Black Sicklebill - The Australian Museum

- Black Sicklebills (Epimachus fastuosus) Information | Earth Life

- Vogelkop Bowerbird - BirdLife International

- Vogelkop Bowerbird - Handbook of the Birds of the World

- Vogelkop Bowerbird - Birds of New Guinea

- Vogelkop Bowerbird - IUCN Red List

- Birding in West Papua - Birding Ecotours

 - Kompas.com

- IDN Times

- Faunatis

- EcoNusa

Selasa, 19 September 2023

Pulau Roon: Keindahan Alam & Keajaiban Budaya yang Menggoda di Bawah Bendera Silver Explorer

Wisatawan yang naik kapal Silver Explorer Saat Berkunjung di Kampung Jende Pulau Roon


Pulau Roon, Papua Barat - Pada tanggal 19 September 2023, sebuah armada megah berbendera Bahamas, Kapal Pesiar Silver Explorer, menyapa Pulau Roon dengan gemerlapnya. Tidak tanggung-tanggung, kapal ini membawa bersamanya 94 wisatawan berjiwa petualang dari 11 negara yang berbeda, siap untuk menggeluti pesona eksotis pulau ini. Namun, kunjungan mereka tidak semata-mata bertujuan berlibur, melainkan untuk merasakan dan terhanyut oleh kekayaan budaya dan keindahan alam yang begitu memikat.


Lokasi kunjungan kapal pesiar ini ditekankan pada situs bersejarah yang sangat berharga bagi Pulau Roon, yaitu Gereja Tua Isna Jedi di Yende. Masyarakat setempat, bersama-sama dengan kepala kampung dan kepala distrik, dengan penuh semangat menyambut kedatangan kapal pesiar ini. Mereka membuka pintu sambutan dengan Tarian Bemamun Soren, sebuah tarian laut yang megah, mengiringi para tamu dari kapal ke daratan dengan perahu perang yang menggetarkan jiwa, menciptakan pengalaman yang tak terlupakan bagi para wisatawan.

Atraksi Tari Bemamun Soren

Kegiatan wisata dimulai pada pukul 13.00 waktu setempat, dengan pertunjukan tarian daerah yang menakjubkan, termasuk tarian Wefyer, tarian Swanggini, tarian Seruki Sembori, tarian Bemamun Soren, serta atraksi seni Suling Tambur dan proses Togok Sagu yang menghipnotis. Para wisatawan juga diajak untuk menyaksikan secara langsung Alkitab tua dalam bahasa Melayu yang telah berusia lebih dari satu abad, memberikan sentuhan sejarah yang mendalam pada pengalaman mereka.

Namun, daya tarik Pulau Roon tidak hanya terbatas pada budaya, tetapi juga menghadirkan seni lokal dalam bentuk ukiran dan souvenir yang dibuat oleh pengrajin lokal yang sangat berbakat. Mereka membuka jendela keunikan Pulau Roon, memberikan kesempatan bagi para wisatawan untuk membawa pulang kenang-kenangan yang tak ternilai dari pulau ini.

Sovenir Hasil Karya Masyarakat Roon

Kepala kampung Mena, Bapak Simon Wonemseba, menyambut kedatangan kapal pesiar ini dengan penuh semangat, dengan harapan agar para wisatawan yang berkunjung akan menjadi duta Pulau Roon. Ia berkata, "Kedatangan kapal pesiar ke Pulau Roon saya terima bersama masyarakat di sini supaya wisatawan yang datang ke tempat kami bisa menceritakan tempat kami di pulau ini supaya terkenal dan orang bisa berkunjung lagi kesini"

Tak hanya itu, kunjungan kapal pesiar Silver Expedition ini juga mendapatkan dukungan aktif dari Ketua HPI Papua Barat, Matias Rumbruren S.S. Ini menunjukkan peran penting Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) dalam mendatangkan pariwisata ke Provinsi Papua Barat. Matias menjelaskan, "Kapal Pesiar Silver Expedition boleh hadir di Pulau Roon berkat lobi dan promosi yang dilakukan oleh DPD HPI Papua Barat."

Dampak ekonomi dari kunjungan kapal pesiar ini juga sangat positif. Echletus JM Sawaki, S.IP, Wakil Ketua DPC HPI Teluk Wondama yang juga adalah Kepala Seksi Promosi Pariwisata di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan  Teluk Wondama,  mengungkapkan bahwa kunjungan ini memberikan kontribusi yang signifikan kepada masyarakat setempat. Ada kontribusi dari pengelola kapal pesiar kepada masyarakat, transaksi jual beli souvenir oleh wisatawan, dan donasi ke Gereja Isnayedi. Total uang yang berhasil dihimpun mencapai Rp. 35.270.000, ditambah dengan dollar Amerika sejumlah 510 US dollar, dan 58 Dollar Australia. Dampak ekonomi ini secara langsung meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kampung Yende dan Mena, membuktikan potensi ekonomi pariwisata yang dapat dimanfaatkan secara maksimal.


Pemerintah provinsi dan kabupaten diharapkan dapat memberikan kontribusi anggaran yang lebih besar untuk promosi, peningkatan kapasitas SDM kepariwisataan di daerah, serta mendukung organisasi profesi seperti HPI dalam upayanya mempromosikan dan mendampingi pelaku pariwisata. jika Pemerintah, Swasta dan Masyarakat serius untuk memajukan pariwisata maka pariwisata akan memberi dampak yang besar bagi pendapatan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi daerah. 

Kamis, 31 Agustus 2023

Trip Report Bersama Wisatawan China di Hutan Ramiki Pegunungan Wondiwoi

Vogelkop Bowerbird di Gunung Wondiwoi

Berikut adalah cerita kami saat bersama wisatawan china pecinta burung dan satwa liar di hutan ramiki. 

Day 1

Wisatawan tiba di Pelabuhan Wasior, dijemput dan diantar ke Kampung ramiki untuk beristirahat sejenak lalu kami memulai trekking menelusuri hutan ramiki. Pada ketinggian 600 mdpl dipinggiran sebuah sungai kecil, kami membangun sebuah basecamp sederhana agar kami bisa menginap.

Bersama Wisatawan China di Pelabuhan Wasior

Day 2

Pagi harinya kami menikmati kicauan berbagai burung termasuk cendrawasi kuning kecil (Lesser Bird of Paradise), Cendrawasi kuning kecil betina, toa cemerlang Magnificent Riflebird), cendrawasi raja (King Bird of Paradie)

Setelah itu hari sudah mulai siang, kami melanjutkan perjalanan ke basecamp 2 yang berada di ketinggian 1.250 mdpl, setibanya kami di basecamp 2 hari suda malam, setelah makan malam kami istirahat.

Day 3

Hari itu adalah hari minggu, sehingga kami melakukan doa pagi, kami sarapan dan setelah itu kami melakukan trekking keliling hutan untuk melihat berbagai brung endemik dan satwa liar lain.

Vogelkop Bowerbird di Pegunungan Wondiwoi

Kami juga melakukan trekkng sampai ketinggian 1.500 mdpl untuk mencari beberapa burung endemik dan satwa liar termasuk kanguru pohon wondiwoi. hari suda mulai sore sehingga kami turun kembali ke basecamp 2.

Day 4

Dipagi hari kami trekking sekitar basecamp untuk meilhat berbagai jenis burung yang berkicau dipagi hari, setelah itu kami melakukan trekking kembali menuju ketinggian 1.500 mdpl, pada ketinggian ini kami membangun basecamp sederhana untuk menginap untuk beberapa malam.

New Guinea Volturine Parrot di Pegunungan Wondiwoi

Day 5

Kami trekking keliling untuk melihat berbagai burung endemik dan satwa liar lainnya, kami sampai pada ktinggian 1.700 mdpl. dan kami kembali karna hari sudah sore, kami kembali ke basecamp 3 dan beristirahat.

Superb Bird of Paradise di Pegunungan Wondiwoi

Day 6

Pada pagi hari itu adalah hari terakhir kami harus kembali ke kota, namun karena masi penasaran kami trekking keliling lagi untuk melihat berbagai burung endemik dan satwa liar sampai waktu sudah pukul 12.00 siang, kami kembali ke basecamp dan kami bergegas membawa barang bawaan dan kami trekking kembali ke kampung ramiki. Kami trekking selama 8 jam untuk menembus hutan dan keluar di kampung ramiki dan kami tiba di rumah pada pukul 20.00 (jam 8 malam) waktu setempat. Sesudah di rumah kami makan bersama dan setelah itu beristirahat.

Day 7

Setelah sarapan pagi,  kami mengantarkan wisatawan ke pelabuhan kuri pasai wasior dan wisatawan  berangkat menggunakan kapal Expres Bahari ke manokwari ibu kota provinsi papua barat, dan selanjutnya melakukan perjalanan kembali ke jakarta dan negara asalnya.



Minggu, 09 Juli 2023

Trip Report Bersama Wisatawan Switzerland saat Mengunjungi Suku Torowar di Wondama Papua Barat

Swizerland tourists in the torowar tribe

Day 1
Pada tanggal 27 Juni 2023 Wisatawan tiba di Kota Wasior Kabupaten Teluk Wondama. Wisatawan dijemput dan diantar ke lokasi meeting point, Wisatawan sarapan.
Bersama wisatawan mengunjungi pasar tradisional Iriati untuk berbelanja keperluan bahan makanan.
Melakukan perjalanan menuju Suku Torowar di Kampung Undurara Menggunakan kendaraan 4WD.
Sebelum Kami tiba di kampung undurara ada sebuah jembatan penyebrangan rusak akibat sungainya banjir dan kendaraan yang mengantar kami tidak dapat menyebrangi sungai itu. Kami menunggu sampai malam dengan harapan air sungai itu surut namun harapan kami tidak sampai. Kami pun  menunggu kendaraan yang turun dari kampung undurara arah ke kota namun tidak ada  akhirnya kami memasang basecamp sederhana untuk menginap di pinggiran sungai. Kendaraan yang mengantar kami pun suda kembali malam itu ke kota wasior.


Day 2
Pagi hari wisatawan menikmati keindahan hutan dan sungai yang sedang banjir, kami membawa wisatawan mengunjungi beberapa masyarakat torowar yang tinggal di dekat sungai itu. Wisatawan dapat melihat atraksi pemrosesan sagu secara tradisional dan melihat beberapa pohon sagu dan tepung sagu yang sudah diproses. Wisatawan pun melihat beberapa peralatan berburu milik masyarakat torowar.


Hari suda siang, kami kembali ke basecamp di pinggiran sungai untuk masak, setelah makan datanglah sebuah kendaraan dari Kampung undurara menuju kota, dan kami bertemu di pinggiran sungai itu lalu kendaraan itulah yang kami tumpangi dan dia membawa kami ke kampung undurara suku torowar.
Kami melakukan lapor tiba kepada kepala suku dusun dan kepala kampung.

Day 3
Prosesi penyambutan, wisatawan diantar menuju rumah adat dan kami makan bersama.
Wisatawan berjalan keliling kampung dan melihat aktivitas kehidupan masyarakat.



Day 4
Melihat burung surga 12 antena dipagi hari,


Melihat atraksi berburu, Trekking ke Kebun dan  bertemu kepala suku torowar, makan bersama dan menikmati tembakau/rokok asli suku torowar.

Day 5
Bersama wisatawan menyaksikan proses tipu belut. Trekking ke Sambun bertemu beberapa masyarakat suku torowar yang tinggal di tengah hutan. Melihat cara pasang jerat dan beberapa tumbuhan bahan pembuat noken dari bahan kulit kayu dan tali hutan.


Day 6
Karena bertepatan dengan hari minggu, kami bersama wisatawan kami ibadah bersama dengan masyarakat lokal. Dan setelah itu tidak ada aktivitas sehingga kami manfaatkan waktu itu untuk beristirahat.


Day 7
Bersama wisatawan melakukan mancing ikan di sungai, mengunjungi mama suku dan melihat kebun dan cara memanen hasil kebun.


Day 8
Melihat proses pembangunan rumah sederhana dengan bahan lokal oleh orang suku torowar


Day 9
Proses pengambilan atap, menjahit atap, proses mengambil kulit kayu yang digunakan sebagai lantai rumah dan proses memasang atap rumah.


Day 10
Melihat beberapa aktivitas masyarakat dan Menyaksikan prosesi penjemputan beberapa masyarakat yang telah pulang berburu dari hutan. Dan dilanjutkan dengan acara pengucapan syukur secara adat dengan proses toki tifa dan bernyanyi dari malam hingga pagi.


Day 11
Melihat proses memotong daging yang sudah diasap dan pembagian daging,  melihat cara memasak secara tradisional, melihat cara masyarakat suku torowar menganyam noken, tikar dan lainnya. Makan bersama Dan melihat proses pembakaran tulang-tulang binatang hasil buruan yang dibakar pada tempat yang sudah disediakan.


Day 12
Kami melakukan acara foto bersama, dilanjutkan dengan prosesia toki tifa untuk mengantar wisatawan ke kendaraan yang ditumpangi. Wisatawan kembali ke kota wasior.
Kami sampai di kota wasior dan kami membawa wisatawan ke hotel.


Day 13
Wisatawab beristirahat di hotel.

Day 14
Wisatawan berangkat ke kota manokwari menggunakan pesawat perintis susi air.