Translate

Jumat, 09 Desember 2022

Budaya Mencuci Tangan Dalam Kehidupan Suku Torowar


Mencuci tangan merupakan budaya yang melekat dalam kehidupan masyarakat yang tinggal di pedalaman Wondama, salah satunya suku Toro. Bagi suku Toro mencuci tangan tidak hanya dilakukan pada saat mengakhiri pekerjaan atau saat makan, akan tetapi mencuci tangan dilakukan dalam berbagai kegiatan, sehingga mencuci tangan merupakan kewajiban yang harus dilakukan pada awal dan akhir setiap kegiatan yang dilakukan, baik itu saat makan, berburu, berkebun, dan ritual adat lainnya.


Mencuci tangan menjadi priotitas tersendiri, biasanya dilakukan juga saat menerima tamu maupun saat melepaskan tamu.
Mencuci tangan yang dimaksudkan di sini, biasanya air yang akan digunakan diambil dari sungai menggunakan wadah dari Ruas bambu, kemudian ditutup mulut bambu menggunakan daun daun hutan.


Air tersebut disimpan di rumah, tinggal maupun rumah adat tempat mereka berkumpul, air di dalam bambu juga mereka selalu membawanya saat bepergian, baik ke Hutan, kebun, bahkan kemanapun mereka selalu membawa air dalam bambu.

Untuk sampai di Kampung Suku Toro bisa dijangkau dengan kendaraan 4WD dengan waktu tempuh sekitar 6 jam dari kota Wasior. Disana tidak ada kios, jika anda ingin melakukan perjalanan ke sana maka disarankan membeli keperluan logistik di wasior.

Jika anda ingin ke sana dan membutuhkan pemandu, bisa menghubungi kami melalui email : echletusjefry@gmail.com atau WA +62 8124891154

.

Selasa, 04 Oktober 2022

That morning in the Toro Tribe's Undurara Village

School Building in Undurara Photo: Eky Sawaki

Undurara is a small village in the Naikere District, the inhabitants of this village are the only native Torowar tribe who inhabit this village behind Mount Jawasi. Torowar means historical center. Torowar is one of the tribes in Teluk Wondama Regency which lives and controls the area of ​​Wercow River, Wonggema River to Mount Otar Kukuma, Mmbawena River to Windia's head, Wesbuta Mountain to Butban River, Butban River estuary to Wercoma River.

Church building in Undurara,
Photo: Eky Sawaki


The Torowar tribe consists of 1 indigenous clan, namely Uryo, which is taken from the name of a mountain behind the village of undurara. The language used in daily life is Toro language, which has similarities with the language of the Mairasi tribe.


Community house in Undurara
Photo: Eky Sawaki


The area is mostly covered by nice tropical rainforest, making it an excellent tourist destination to see Papua's unique tropical plants and animals. This tropical rain forest is the natural habitat of the Twelve-Antennae Paradise Bird, Little Yellow Paradise Bird, King Paradise Bird, Shining Toowa, Taun-taun, Kumkum, Common Paradise King Prawn, Yellow-beaked King Prawn, White Cockatoo, Red Cockatoo, Parrot and many others. many more Common and Endemic Species that have not been detected one by one. You can enjoy bird watching in the village or along the way. Wild boar, deer, opossums, ground lao-lao, moles, snakes, soa-soa, chameleons, turtles and butterflies can also be found. Apart from that, the culture is still unique and distinctive, it is also a prima donna in itself.


The road to Undurara Village
Photo: Eky Sawaki



To arrive at Undurara Village, you can reach it by 4WD vehicle which takes about 6 hours from Wasior city. There are no kiosks, if you want to travel there, it is advisable to buy logistical needs at Wasior. If you want to go to the undurara and need a guide, you can contact us via email: echletusjefry@gmail.com or WA 62 8124891154


Rabu, 17 Agustus 2022

Wisata Budaya Minat Khusus di Kabupaten Teluk Wondama

Foto bersama di depan Rumah adat suku torowar

Kampung Undurara di Distrik Naikere Kabupaten Teluk Wondama Papua Barat adalah salah satu kampung yang layak sebagai destinasi wisata budaya.
Saya pernah melakukan perjalanan ke kampung undurara sebagai pemandu untuk mengantar satu group wisatawan jerman ke kampung undurara suku toro pada Agustus 2022, kami berada di sana selama 4 hari 3 malam, di sana banyak hal baru yang kami jumpai. Kampung yang sangat jauh dari hiruk pikuk kota dan terisolir ini masyarakatnya sangat baik dan ramah kepada wisatawan.
Bagi mereka pertemuan itu adalah pertama kali mereka bertemu dengan orang berkulit putih (Wisatawan Jerman) dan mereka sangat senang dan berterima kasih bisa dikunjungi wisatawan.

Berikut ceritera kami saat datang dan selama di undurara.
Hari pertama kami tiba dan dejumput dengan prosesi adat penyambutan, kami melakukan pertemuan singkat dengan kepala suku dusun bersama beberapa masyarakat yang ada, kami diterima dengan baik dan oleh mereka kami dihidangi makanan lokal mereka untuk kami makan bersama.

Wisatawan Jerman sedang makan siang di rumah adat suku torowar

Hari ke 2,  karna bertepatan hari minggu, sehingga kami dan wisatawan dapat beribadah bersama sama dengan masyarakat. Setelah ibadah, kami diajak makan siang bersama menu khas suku toro. Prosesi makan siang bersama dimulai dengan penjemputan, karena jarak antar tempat tinggal kami ke rumah adat sekitar 400 meter kami dijemput dengan prosesi dansa adat dan kami diantar menuju rumah adat, di situ kami makan siang bersama.



Sebelum dan sesudah makan kami dihibur dengan nyanyian tradisional suku toro, setelah itu kami membicarakan rencana kegiatan dihari berikutnya sesuai dengan maksud dan tujuan kedatangan wisatawan yang sudah saya muat dalam Itinerary. Setelah itu kami disajikan aktivitas  menjahit tikar, noken dan gelang dari bahan tradisional. Kami lanjut dengan  berjalan keliling kampung untuk  menikmati berbagai macam burung yang berterbangan dan berbagai suara unggas yang seakan menyambut datangnya malam.

Wisatawan jerman di hutan torowar

Hari ke 3, Bersama wisatawan kami berjalan keliling kampung untuk melihat dan menikmati kicauan berbagai jenis burung yang ada, setelah itu bersama masyarakat kami melakukan aktifitas berburu, memasang ranjau (jerat) untuk menangkap binatang di hutan seperti babi, rusa, lao lao, dan juga kami berburu ulat kayu. Hasil buruan yang kami dapatkan dimasak dengan menggunakan peralatan tradisional dan dijadikan sebagai lauk untuk makan siang. Wisatawan sekaligus belajar memanah dengan peralatan panah tradisional. Setelah makan siang, kami mengantar wisatawan untuk melihat burung surga dua belas antena. setelah itu kami pergi menjumpai kepala suku toro, rumahnya tersendiri di hutan sehingga kami perlu berjalan kaki sekitar 1 jam, di sana kami bertemu dengan bapak kepala suku bersama kedua istrinya dan 1 org anak laki laki.

Wisatawan jerman bertemu kepala suku torowar

Setelah bercerita dengan bapak kepala suku, wisatawan diajak melihat kebun dan memanen hasil kebun berupa pisang, jagung, singkong, ubi dan sayuran hutan. Setelah itu kemi pamit dan kembali ke tempat tinggal kami, diantar oleh salah satu dari istri kepala suku dengan membawa hasil panen dari kebunnya kepada kami.
Malam harinya kami berkumpul bersama dengan masyarakat setempat di rumah adat mereka untuk makan bersama sekaligus saling tukar cendera  mata.

Saling tukar cinderamata antara wisatawan jerman dan
kepala suku dusun torowar

Keesokan harinya adalah hari terakhir kami harus tinggalkan undurara dan kembali ke kota. Paginya kami disuruh kumpul bersama dengan masyarakat setempat, kami sarapan lalu dengan prosesi adat mereka dansa dan bernyanyi sepanjang jalan untuk mengantar kami ke mobil yang kami tumpangi dan kami melakukan berjalanan ke kota, mereka pun kembali ke rumah mereka masing-masing.

Tarian Adat Suku Torowar, photo Eky sawaki

Undurara memiliki potensi budaya yang sangat unik dan masih melekat dalam kehidupan mereka menjadi perimadona tersendiri bagi wisatawan pecina budaya. Ini merupan sesuatu yang sangat berharga dan sulit mereka tinggalkan. Selain budaya, undurara juga memiliki potensi berbagai macam jenis burung dan satwa liar. Potensi ini jika dijaga dan dikelola dengan baik maka akan memberi manfaat ekonomi bagi masyarakat setempat.

Hutan suku torowar di kampung undurara

Wilayahnya kebanyakan ditutupi oleh hutan hujan tropis yang bagus, bisa jadi destinasi wisata yang sangat baik untuk melihat tumbuhan dan hewan tropis Papua yang unik. Hutan hujan tropis ini merupakan habitat alami Burung Surga Dua Belas Antena, Burung Surga Kuning Kecil, Burung Surga Raja, Toowa Cemerlang, Taun-taun, Kumkum, Raja Udang Surga Umum, Raja Udang Paruh Kuning, Kakatua Putih, kakatua merah, Nuri dan masih banyak lagi Spesies Umum dan Endemik yang belum terdeteksi satu persatu.

Gadis Jerman di hutan Torowar

Anda bisa menikmati pengamatan burung di dalam kampung maupun sepanjang jalan. Babi hutan, rusa, kus-kus, lao-lao tanah, tikus tanah, ular, soa-soa, bunglon, kura-kura dan kupu-kupu juga dapat ditemukan.

Gunung Jawasi di Hutan Torowar

Untuk sampai di Kampung Undurara bisa dijangkau dengan kendaraan 4WD dengan waktu tempuh sekitar 6 jam dari kota Wasior. Disana tidak ada kios, jika anda ingin melakukan perjalanan ke sana maka disarankan membeli keperluan logistik di wasior.

Jika anda ingin ke undurara dan membutuhkan pemandu, bisa menghubungi kami melalui email : echletusjefry@gmail.com atau WA +62 8124891154


Rute penerbangan dari Jakarta dan Denpasar ke Manokwari Lalu ke kota Wasior di Wondama

Rabu, 03 Agustus 2022

Wisata Alam Di Bukit Kowi Gunung Wondiboy


Bukit Kowi adalah sebuah bukit yang berada di hutan Wondiboy pegunungan Wondiboy, dibawah kaki bukit ini terdapat sebuah sungan yg memiliki air terjun dengan ketinggian mencapai 5 meter.

Untuk mencapai bukit Kowi membutuhkan waktu sekitar 1 jam untuk mencapai bukit ini dengan trekking menelusuri hutan.

Bukit Kowi dengan ketinggian mencapai 350 m.d.p.l

Pemandangan keindahan alam dari bukit ini tidak perlu diragukan karena sudah pasti sangat indah. dengan berbagai macam suara burung yg menghibur dan unggas lain.

Dibalik bukit ini terdapat sebuah sungai yg indah dan bersih, bisa untuk mandi tetapi juga mengisih kekosongan air minum anda jika stock minum anda habis.

di sekitar  bukit dan sungan ini terdapat banyak ditumbuhi pepohonan, bunga hutan,  Anggrek hutan, pohon pisang raksasa dan Juga bermacam macam Palem Hutan termasuk beberapa jamur hutan.

Bagi anda pecinta Wisata alam, saya rekomendasikan tempat ini sangat cocok.

Untuk wisatawan yang berencana ngunap di atas bukit, dapat mempersiapkan kelengkapan seperti : tenda, matras angin/kasur angin, Hammock dll.

Kontak
Jika Anda tertarik untuk ke tempat ini dan  membutuhkan informasi lebih lanjut, silahkan menghubungi
Eky lewat nomor +62 812-4893-

Selasa, 02 Agustus 2022

Trip report Bersama Wisatawan Prancis di Hutan Ramiki Wondama



Berikut cerita kami saat bersama wisatawan prancis pecinta burung dan satwa liar di hutan ramiki. mereka adalah pasangan suami isteri yang memiliki kesamaan hobi.

Hari pertama, wisatawan tiba di dermaga wasior pada malam hari dengan menggunakan kapal Expres bahari, kami menjemptnya dan membawanya Ke Rumah Makan Golden Star salah satu Rumah Makan Mewah di Kabupaten Teluk Wondama. setelah makan kami mengantarnya untuk berbelanja keperluan logistik dan kami kembali ke rumah untuk beristirahat.

Hari ke 2, karena hujan dipagi hari sehingga kami belum bisa masuk hutan, kami menawarkan alternatif lain sambil menunggu redahnya hujan, kami membawa mereka untuk melihat situs bersejarah Batu Peradaban Orang Papua di miei Teluk Wondama, dan kami membawa mereka trekking di sungai rowi untuk melihat berbagai burung hutan yang sering bermain dipagi hari dipinggiran sungai.

Setelah itu kami kembali ke Rumah dan cuaca mulai cerah, kami membawa mereka trekking menelusuri hutan ramiki. Pada ketinggian 600 mdpl dipinggiran sungai ramiki, kami membangun sebuah basecamp sederhana agar kami bisa menginap. dimalam hari kami membawa mereka senter malam untuk melihat berbagai srangga dan satwa liar dimalam hari seperti tikus tanah, kus kus pohon, ular, katak dan lainya.

Hari ke 3, kami trekking maemasuki hutan disekitar basecamp untuk melihat berbagai jenis burung surga yang berkicau dipagi hari seperti Burung cenderawash Kuning Kecil (Lesser Bird of Paradise),  Cendrawasih Raja (King Bird og Paradise), Toowa Cemerlang (Magnificent Riflebird) dan berbagai jenis burung umum lainnya.

Setelah itu kami melanjutkan trekking menelusuri hutan, disepanjang jalan kami menemukan sejenis kumbang yang adalah species khusus Wondiwoi dan juga katak dan berbagai jenis burung.

Kami berjalan sampai sore hari ditengah hutan pinus dan kami membangun sebuah basecamp sederhana lagi untuk menginap. dilokasi basecamp ini kami tinggal selama dua hari. ada berbagai jenis burung yang kami temukan disini, burung surga dataran rendah maupun dataran tinggi dan burung umum lainnya kami temukan disini, kami juga menemukan bekas cakar kanguru pohon di antara pepohonan yang ada, namun sayangnya kondisi cuaca saat itu adalah musim hujan sehingga kami sulit menemukan kanguru pohon. kami juga menemukan tempat minum babi hutan dan rusa.

berikut adalah daftar jenis burung yang kami temukan :

Hari ke 6, kami melakukan perjalanan kembali ke kampung ramiki. di ramiki kami beristirahat dan makan malam bersama.

 Hari ke 7, kami membawa mereka melakukan birding untuk melihat burung pantai, dan juga trekking menelusuri hutan dusun untuk melihat berbagai unggas dan satwa liar serta melihat tempat pemrosesan sagu. Dan disore hari menjelang malam kami melakukan aktivitas bakar sagu kelapa dan makan bersama. mereka juga suka makan papeda dan bia kodok hasil panen dari hutan mangrove di pantai.

Hari ke 8, adalah hari minggu, karena iterinya adalah seorang pengajar di sekolah taman kanak-kanak di prancis sehingga beliau ingin bertemu dengan anak-anak,sehingga kami mengajak mereka ke gereja bertepatan dengan ibdah sekolah minggu, disitu mereka bertemu dengan banyak aanak-anak, mereka turut memberi arahan, nasihat dan pesan kepada anak-anak tentang bagaimana cara menjaga dan merawat alam. Setelah itu kami kembali ke rumah, siangnya kami mengantar mereka ke pantai sanduai salah satu pantai di wasior untuk melihat burung-burung pantai.

Hari ke 9,  kami mengantarkan mereka ke pelabuhan kuri pasai wasior dan mereka berangkat menggunakan kapal Expres Bahari ke manokwari ibu kota provinsi papua barat, dan selanjutnya melakukan perjalanan kembali ke jakarta dan negara asalnya.

Kamis, 31 Maret 2022

Wisata Alam di Teluk Duairi Wondama


Kabupaten Teluk Wondama memiliki banyak sekali atraksi wisata alam yang menarik bagi wisatawan domestik maupun manca negara. Sebagai kabupaten bahari, Wondama memiliki banyak pantai dan terumbu karang yang layak untuk dilihat oleh para pencinta alam yang menaruh perhatian pada pelestarian keanekaragaman hayati dunia bawah laut.
Di Distrik Teluk Duairi sendiru  ada sejumlah spot wisata yang bisa dilihat oleh wisatawan yang tertarik dengan keindahan panorama alam, keanekaragaman hayati hewan dan tumbuhan laut. Beberapa di antaranya dijelaskan di artikel ini.

Pantai Sobey dan pasir timbul Api Womaduri


Mudah dijangkau dengan berkendaraan Roda empat sekitar 1 jam dari kota wasior. Terumbu karangnya terletak sekitar 100 meter dari pantai. Lokasi yang agak jauh dari pasir pantai menjadikan terumbu karang di sana terlindung dari aktivitas manusia yang berpotensi merusak. Pasir timbul api womaduri berada persis di depan kampung yang dijangkau dengan menaiki perahu warga sekitar 5 dari pantai kampung  sobey.


Bukit Selfie Wandamui dan Air Terjunnya hingga pantai pasir putih
Bukit selfie wondamui ini tak kalah indahnya dengan bukit lain yang saya muat di artikel lain.
Di bukit ini kita bisa menikmati keindahan alam teluk Wondama, pulau Yoop dan pesisir Windesi. Di bawah kaki bukit ini terdapat sebuah air terjun yang terhubung langsung dengan air laut. Memiliki pantai yang indah, putih dan berkilau tapi juga keanekaragaman hayat hewani dan tumbuhan bawah laut.


Pantai Rowor "Rowor Beach"
Pantai dengan pasir putih yang panjangnya sekitar 1 KM ini dihiasi dengan pepohonan Cemara pantai. Memiliki pantai yang luar dna indah serta sudha dilengkapi dengan fasilitas, pantai ini membuat wisatawan puas menikmatinya dengan Snorkeling, mandi, bersantai, berfoto dengan bahagia, di sini anda langsung menikmati sunset secara bebas tanpa ada hambatan. Dapat dijangkau dengan mobil sekitar 1 jam dari kota Wasior. Pantai ini bersebelahan dengan Pantai Rowor.
Ada banyak spesies ikan warna-warni yang bisa kita jumpai di sana antara lain: Spinecheek Anemonefish (Premnas biaculeatus), Moorish Idol (Zancluscomutus), Emperor Angelfish (Pomacanthusimperator), Humphead Wrasse (Cheilinus undulatus), Sunset Wrasse (Thalassoma lutescens). Ada berbagai spesies boxfish, parrotfish, scorpionfish, goby, dan lain sebagainya.


Kampung Wisata Aisandami
Kampung wisata Aisandami menjadi destinasi wisata yang patut dikunjungi karena memiliki berbagai macam objek wisata yang indah mulai dari Panorama Alam, bahar, budaya, hingga Pengamatan Hewan Endemik, dan kesemuanya itu berada di sekeliling kampung Aisandami.


Kesemuanya itu adalah : Air Terjun Mambi dengan dengan tiga tingkat, ketinggian air terjun ini sakitar 15 meter. Berada kurang lebih 300 meter dari pusat kampung yang ditempuh dengan Berjalan kaki, Pengamatan burung Cendrawasih dan jenis burung lain, aktivitas bameti, trakking mangrove, mancing, berkano, hingga snorkeling di terumbu karang dan bangkai pesawat perang dunia ke dua. Selain itu ada aktivitas buadaya seperti Tari-tarian, permainan aikekis, belajar membuat dan meniup suling, hingga menyaksikan atraksi tokok sagu dan belajar memasak papeda.


Ada baiknya jika, wisatawan membawa sendiri perlengkapan snorkeling seperti kaca mata selam (mask), pipa napas (snorkel), serta kaki bebek (swim fins). Kamera bawah air seperti GoPro, Nikon W300 atau Olympus TG-6 dapat dipakai untuk memotret berbagai jenis ikan dan tumbuhan yang hidup di terumbu karang Teluk Wondama. 

Wisatawan Indonesia dan manca-negara yang ingin berkunjung ke Kabupaten Teluk Wondama, pertama-tama, perlu terbang ke Manokwari (ibu kota Provinsi Papua Barat). Maskapai penerbangan seperti Lion Air, Batik, Sriwijaya, menyediakan layanan terbang dengan harga yang terjangkau. Setelah tiba di Manokwari, wisatawan bisa melanjutkan perjalanan dengan naik kapal ferry atau kapal penumpang kecil ke Wondama. Ada juga pesawat penumpang kecil milik Susi Air yang melayani penerbangan Manokwari - Wondama beberapa kali dalam seminggu.

Rute Penerbangan dari Jakarta ke Makasar, Atau Denpasar ke Makasar, Manokwari lalu ke Teluk Wondama.


Di Aisandami sendiri sudah ada Home Stay dan Fasilitas lain yang sudah disiapkan.


Jika anda ingin berwisata ke Aisandami Teluk Duairi dan membutuhkan pemandu, bisa menghubungi kami melalui email : echletusjefry@gmail.com atau WA +62 8124891154

Kamis, 10 Maret 2022

Berwisata Ke Pulau Nusorowi di Kabupaten Teluk Wondama


Pulau Nusorowi
Sebuah pulau kecil cantik  di laut rumberpon, secara administrasi pulau ini berada dalam wilayah Distrik Rumberpon. Kabupaten Teluk Wondama Papua Barar. Pulau yang menawarkan sensasi yang begitu indah dengan pemandangan panorama alam yang indah dan sejuk dengan  hamparan pasir putih yang berkilau ini juga memiliki terumbu karang dan berbagai spesies biota laut, juga ada pasir timbul dekat pulau ini namun pasir timbul ini bisa muncul ke permukaan dan terlihat saat air surut.

Wisatawan Spanyol di Pulau Nusorowi Rumberpon

Ada Group tari dan musik tradisional suling bambu, yang juga turut memberi warna pertunjukan dan atraksi bagi tamu/wisatawan yang hendak ke pulau nusorowi distrik rumberpon.
Tak salah jika Pulau nusorowi menjadi icon wisata bagi distrik rumberpon dan beberapa kampung yang dekat pulau ini.


Pulau ini dihuni kurang lebih 3 keluarga yang bekerja sebagai nelayan juga turut menjaga pulau ini.
Ada sebuah dermaga jety dan bangunan rumah yang sudah dibangun oleh pemerintah di pulau ini.

Jika anda ingin berwisata ke pulau Nusorowi Rumberpon dan membutuhkan pemandu, bisa menghubungi kami melalui email : echletusjefry@gmail.com atau WA +62 8124891154

Minggu, 06 Februari 2022

Pagi Itu di Kampung Undurara


Undurara sebuah kampung kecil di Distrik Naikere, penduduk kampung ini adalah satu-satunya asli Suku Torowar yang mendiami kampung di balik Gunung Jawasi ini.

Torowar memiliki arti pusat sejarah. Torowar merupakan salah satu suku di Kabupaten Teluk Wondama yang berdiam dan menguasai wilayah kali wercow, kali wonggema hingga gunung otar kukuma, kali mbawena hingga kepala air windia, gunung wesbuta hingga kali butban, muara kali butban hingga kali wercoma.

Suku Torowar terdiri atas 1 Marga Asli yaitu Uryo, yang diambil dari nama sebuah gunung di belakang kampung undurara.

Bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa Toro, yang memiliki kemiripan dengan bahasa suku mairasi. 

Wilayahnya kebanyakan ditutupi oleh hutan hujan tropis yang bagus, bisa jadi destinasi wisata yang sangat baik untuk melihat tumbuhan dan hewan tropis Papua yang unik. Hutan hujan tropis ini merupakan habitat alami Burung Surga Dua Belas Antena, Burung Surga Kuning Kecil, Burung Surga Raja, Toowa Cemerlang, Taun-taun, Kumkum, Raja Udang Surga Umum, Raja Udang Paruh Kuning, Kakatua Putih, kakatua merah, Nuri dan masih banyak lagi Spesies Umum dan Endemik yang belum terdeteksi satu persatu.

Anda bisa menikmati pengamatan burung di dalam kampung maupun sepanjang jalan. Babi hutan, rusa, kus-kus, lao-lao tanah, tikus tanah, ular, soa-soa, bunglon, kura-kura dan kupu-kupu juga dapat ditemukan. Selain itu Budayanya masih unik dan khas juga menjadi primadona tersendiri.


Untuk sampai di Kampung Undurara bisa dijangkau dengan kendaraan 4WD dengan waktu tempuh sekitar 6 jam dari kota Wasior. Disana tidak ada kios, jika anda ingin melakukan perjalanan ke sana maka disarankan membeli keperluan logistik di wasior.

Jika anda ingin ke undurara dan membutuhkan pemandu, bisa menghubungi kami melalui email : echletusjefry@gmail.com atau WA +62 8124891154