Translate

Minggu, 26 Maret 2023

Festival Roon 2023

Roon Festival

Festival Roon merupakan Event Tahunan yang sudah diselenggarakan sebanyak 2 kali, sejak 2019 dan 2020. Festival ini sempat terhenti selama 2 tahun dan kembali akan digelar untuk ketiga kalinya.

Festival Roon kali ini dipusatkan di Wasasar, Distrik Roon, Teluk Wondama, Papua Barat, Indonesia yang dijadwalkan pada tanggal 7-9 September  2023.

Roon adalah salah satu Distrik/Kecamatan yang berada di wilayah Pemrintahan Kabupaten Teluk Wondama, berada di ujung semenanjung wondiwoi, Roon memiliki banyak keaneka ragaman hayati, flora dan fauna hingga budayanya yang khas.

Roon identik dengan Sejarah Penginjilan agama kristen yang dibawakan oleh misionaris Godlief Lodwyk Bink asal belanda pada tahun 1884, dari sinilah agama kristen mulai disebarkan hampir ke seluruh pelosok tanah papua. Di Yende Roon terdapat peninggalan bangunan Gereja Tertua, Makam Misionaris hingga alkitab tua terbitan belanda.

Ini merupakan Festival Roon ke 3 yang sudah terdaftar sebagai Karisma Event Nusantara, diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Teluk Wondama.

Acara Festival Roon bertemakan budaya dengan menampilkan berbagai atraksi budaya dari tari-tarian hingga konflik pengambilan sagu dan konser 1000 suling, juga mengajak pengunjung untuk menjelajahi keindahan alam Pulau Roon hingga menikmati keindahan dunia bawah air yang menakjubkan. Atraksi penolakan masuknya injil, perang suku, Kisah Yan Ayamiseba sebagai Anak Tebusan, hingga kematian misionaris G.L. Bink akan ditampilkan dalam festival ini.

Untuk sampai ke pulau Roon sangatlah mudah, Dari Pelabuhan Angrem  Manokwari Pengunjung bisa berangkat dengan Kapal Expres Bahari langsung ke Yende Roon. Atau KM. Margaret, KM. Napan Wainami, Pesawat Susi Air Ke Kota Wasior, lalu menggunakan Longboad atau speedboat sekitar 1 jam dari Kota wasior ke Yende pulau Roon.
Di Roon sudah ada Homestay yang dibangun oleh Pemerintah, juga ada Rumah masyarakat yang dijadikan sebagai Homestay agar pengunjung bisa menginap dan mengikuti jalannya Festival Roon.

Sabtu, 11 Maret 2023

Whimbrel, Burung Asal Siberia di Wondama

Whimbrel in Wondama,West Papua, Indonesia.
Photo: Eky Sawaki

Burung Whimbrel / Gajahan Pengala di wondama, Papua Barat, Indonesia

Beberapa ahli burung mengatakan Whimbrel adalah satu dari jenis burung asal siberia yang ada di Teluk wondama. Beberapa bulan setiap tahunnya whimbrel selalu berada di wondama. Diperkirakan setiap bulan September-april whimbrel berada di wondama, sedangkan bulan mei-agustus whimbrel kembali ke negeri asalnya yaitu Siberia. Burung ini menghabiskan waktunya lebih banyak diluar seberia pada musim dingin.

Whimbrel yermasuk burung perancah yang menyukai gosong lumpur, muara pasang surut, daerah berumput dekat pantai, pasir, dan pantai berbatu. Kadang kala terlihat sendirian, burung ini biasanya hidup dalam kelompok kecil sampai besar, dan sering berbaur dengan burung perancah lain.

Whimbrel suka memangsa moluska, cacing, krustasea dan organisme laut lainnya. Mangsa didapatnya dengan mengais dan menusuk-nusuk lumpur atau tanah lunak dengan paruhnya yang panjang dan sensitif, atau dengan mematuknya apabila mangsa berada di atas tanah. Di daerah asalnya, sebelum bermigrasi, Whimbrel juga diketahui memakan buah-buahan kecil dan kadang juga serangga.

Whimbrel terdiri dari tujuh subspesies, dengan daerah persebaran yang berbeda. Salah satu spesies ialah N. p. variegatus (Scopoli, 1786), tersebar di Siberia, dan saat musim dingin bermigrasi ke India timur, Taiwan, Filipina, Indonesia dan Australasia. Burung ini berbiak di Eropa utara dan Asia, akan tetapi pada musim dingin mengembara ke selatan hingga ke Australia dan Selandia Baru. Whimbrel tercatat sebagai pengunjung musim dingin yang umum di Kepulauan Sumda besar dan juga wilayah WallaceaSebarannya sampai di indonesia.

Whimbrel in Wondama,
West Papua, Indonesia.
Photo: Eky Sawaki

Dari perkiraan waktu migrasinya pada maret-april sekelompok kecil Whimbrel sedang melakukan perjalanan dari beberapa daerah sebarannya menuju siberia dan pada maret  sedang singgah sebentar di wondama.

Sepanjang tepi pantai di teluk wondama terdapat lumpur gosong, pasir, muara sungai besar hingga kecil, rerumputan di pinggiran pantai dan, pantai berbatu ini merupakan habitat yang cocok bagi burung whimbrel.

Coastal Scenery of Wondama Bay as seen from Ramiki Beach

Saya menemukan spesies burung ini berada pada dua lokasi pantai yang berbeda di Teluk Wondama.

Selasa, 07 Maret 2023

Pisang Raksasa di Pegunungan Wondiboi

Pisang raksasa di pegunungan wondiboi, Foto: Eky Sawaki

Pisang Raksasa bahasa inggrisnya Giant banana (Musa ingens) di temukan di pegunungan wondiboi Wondama Papua Barat.

Pisang raksasa yang terkenal di pegunungan Arfak dan Fakfak ini telah ditemukan pada januari 2022. Pisang raksasa ini   tumbuh di dataran tinggi sekitar 1.600 mdpl. Tanaman ini tumbuh baik di hutan hujan dengan lingkungan yang berkabut dan berhawa dingin, Pohonnya tegak lurus di antara pohon-pohon di hutan. Pisang Raksasa ini baru pertama kali kami temukan pada Januari 2023 di pegunungan wondiboi wondama.

Dari pengetahuan dan informasih masyarakat lokal, pisang raksasa ini jarang ditemukan karena tumbuh dan berada pada ketinggian yang jarang dijangkau.

Memiliki pohon yang tinggi sekitar 15-25 m, panjang daun sekitar 3-5 m, lebar daun sekitar 1-1,5 m. Buahnya berwarna hijau jika mengkal, dan kuning saat matang dengan ukuran panjang tandang sekitar 2 m. Isi buahnya berbiji, pisang ini tidak dikonsumsi oleh masyarakat lokal. Buah pisang raksasa yang masak sering menjadi sasaran santapan burung-burung dataran tinggi.

Buah pisang raksasa di pegunungan wondiboi,
foto: Eky Sawaki

Penemuan kanguru pohon wondiwoi pada 2017 lalu di dekat rumpun pohon pisang raksasa yang sudah matang, sehingga ada kemungkinan buahnya yang sudah matang dimakan juga oleh kanguru pohon wondiwoi.

Minggu, 05 Maret 2023

Ritual Penyambutan Tamu dalam Kehidupan Suku Torowar

Bersama wisatawan Jerman di rumah adat suku toro wondama, Foto: Eky Sawaki

Ritual Penyambutan Tamu dalam kehidupan masyarakat suku Toro di Wondama Papua Barat Indonesia.

Penyambutan yang dimaksud di sini adalah penyambutan yang selalu dilakukan kepada orang atau tamu yang baru pertama kali datang dan mengunjungi mereka. Ritual penyambutan ini diawali dengan pemasangan tali hutan yang diikat dari satu pohon ke pohon yang lain dan dibentangkan melintas di tengah jalan masuk ke kampung mereka. Tali hutan yang dibentangkan itu mereka menggantung berbagai rumput dan daun daun hutan. Setelah itu mereka menyediakan parang dan parang tersebut akan diberikan kepada tamu yang hendak masuk. Biasa pimpinan rombongan dari tamu yang hendak masuk yang memegang parang yang diberikan. Parang tersebut digunakan untuk memotong tali yang telah mereka bentang dan melintas di jalan. Setelah tali yang dibentangkan sudah selesai, diantara orang suku toro mereka mengutus salah seorang unduk duduk di bawah tali yang telah dibentangkan dan di pinggiran jalan sebalah kiri dan kanan dipenuhi oleh orang suku yang memegang tifa dan akan bernyanyi mengiringi perjalanan menuju rumah adat dan di sebelah kanan berdiri para ibu-ibu yang memegang bambu, di dalam bambu yang mereka pegang sudah tersedia air yang mereka isi langsung dari sungai di dekat kampung.

Setelah persiapan itu semua suda siap, maka mulailah dengan proses penyambutan yang diawali dengan pemotongan tali oleh salah satu tamu atau katakanlah pimpinan tamu, setelah tali itu dipotong, tamu yang telah memotong tali melanjutkan dengan memegang tangan orang suku yang telah duduk di bawah tali yang dibentangkan tadi, mengangkatnya untuk berdiri.
Setalah itu mereka yang sudah berdiri dengan memegang tifa akan membunyikan tifa dan menyanyi nyanyian tradisional mereka. Para tamu hendak masuk melintas tali itu dan mereka mencuci tangan dari air yang sudah disediakan dalam bambu yang dipegang oleh ibu-ibu, air itu hendak dituang dan setiap tamu maupun semua orang yang ada di situ wajib mencuci tangan termasuk semua orang suku yang ada.

Ritual penjemputan tamu di suku toro, foto: Eky Sawaki

Setelah itu para tamu diantar dengan iringan musik tifa dan nyanyian tradisional menuju rumah adat suku toro. Saat sampai di halaman rumah adat, para tamu akan dikalungkan noken khas suku toro yang dirajut dari bahan tali hutan. Setelah itu setiap orang baik tamu maupun orang suku diwajibkan mencuci tangan untuk kedua kali dan disilahkan memasuki rumah adat.

Ritual memasuki rumah adat suku toro, Foto: Eky Saaki

Dirumah adat mereka memberi kesempatan kepada tamu untuk menyampaikan maksud dan tujuan kedatangan. Lalu merekapun diskusi untuk mempersiapkan apa yangmenjadi maksud dan tujuan tamu.
Mereka bernyanyi nyanyian tradisional  mereka dengan iringan musik tifa, sementara ibu-ibu menyediakan jamuan makan bersama. Setelah jamuan makan sudah tersedia, tamu bersama orang suka makan bersama. Makanan yang dihidangkan biasanya berupa hasil kebun seperti ubi, singkong, bete, papeda, labu. dengan lauk daging seperti babi, rusa, kasuari, kanguru. Mereka tidak menyediakan piring dan senduk maupun air dan gelas minum seperti biasanya dalam acara pada umumnya sehingga makanan yang ada  hanya dipegang dan disimpan di telapak tangan untuk memakannya. Air minum yang disediakan untuk diminum pun terbatas dalam beberapa gelas saja, namun harus diminum oleh sekian banyak orang yang makan.

Wisatawan Jerman makan bersama dengan suku toro
Foto: Eky Sawaki

Untuk minum air pun harus secara bersamaan, jika ada yang lebih dahulu selesai makan, tidak diijinkan untuk meminum air mendahului yang lain, sehingga mereka yang lebih dahulu selesai makan harus menunggu yang lain, jika semuanya sudah selesai makan barulah air yang disediakan itu bisa diminum. Air yang disediakan untuk diminum itu dapat diminum secara bergiliran dari satu orang ke orang lainnya.
Jika semuanyabsudah selesai, tempat makanan dan tempat minum semunya dikembalikan dan diambil oleh ibu-ibu ke dapur mereka. Untuk mencuci tangan dari air yang tersedia dalam bambu pun menjadi wajib. Sebelum makam dan sesudah makan, semua orang baik tamu maupun orang suku diwajibkan mencuci tangan.

Adat mencuci tangan suku toro, foto: Eky Sawaki

Jika semuanya sudah selesai maka prosesi ritual adat penyambutan tamu dan makan bersama telah selesai, Barulah para tamu maupun orang suku boleh melakukan aktivitas yang lain. Untuk keluar meninggalkan rumah adat pun diwajibkan untuk mencuci tangan.

Gadis Jerman sedang menabu tifa di rumah adat suku toro, foto: Eky Sawaki


Untuk sampai di Kampung Undurara suku toro, bisa dijangkau dengan kendaraan 4WD dengan waktu tempuh sekitar 6 jam dari kota Wasior.

Jalan di bukit jawasi menuju undurara suku toro,
Foto: Eky Sawaki

Disana tidak ada kios, jika anda ingin melakukan perjalanan ke sana maka disarankan membeli keperluan logistik di wasior.

Jika anda ingin ke undurara dan membutuhkan pemandu, bisa menghubungi kami melalui email : echletusjefry@gmail.com atau WA +62 8124891154


Rute penerbangan dari Jakarta dan Denpasar ke Manokwari Lalu ke kota Wasior di Wondama


Kamis, 02 Maret 2023

Suku Torowar di Wondama.

Pernahkah Anda bertemu orang-orang suku seperti ini dalam hidup Anda ?

 Mereka bernyanyi dan menari sepanjang jalan dengan musik tifa, mengalungkan noken khas mereka yang terbuat dari rajutan tali hutan, membawa tamu ke rumah adat mereka adalah prosesi adat khas mereka yang biasanya tidak dilakukan untuk semua orang yang datang, hanya untuk orang yang mereka percayai. dan dianggap baik. Toro merupakan salah satu suku di Kabupaten Teluk Wondama yang terisolir dan jauh dari hiruk pikuk kota. mereka hidup di hutan apa adanya dengan kehidupan yang sangat bergantung pada alamnya.

Ingin merasakan sensasi seperti ini ?

Silahkan mulai dengan merencanakan perjalanan anda, kami siap melayani anda.


Rute penerbangan dari Jakarta dan Denpasar ke Manokwari Lalu ke kota Wasior di Wondama


Jika anda ingin ke sana dan membutuhkan pemandu, bisa menghubungi kami melalui email : echletusjefry@gmail.com atau WA +62 8124891154